Rabu, 04 November 2009

Cara mengetaskan telur kura-kura Brazil..?

Untuk menetaskan telur kura-kura, perlu dipastikan dulu kondisi telur fertil atau tidak, setelah itu dibuatkan inkubasi sbb :

Pada umumnya, Telur reptil membutuhkan suhu diantara 82-85 F (27.8 - 29.4 C). Suhu sekitar ini pada umumnya akan membuat telur kura-kura menetas kurang lebih sekitar 85 hari . Semakin dingin suhunya semakin lama telur-telur tersebut akan menetas. Suhu merupakan bagian terpenting dalam menentukan kapan telur-teluer tersebut akan menetas. Untuk kura-kura, paling cepat telur-telur akan menetas setelah 65 hari atau paling lama 110 hari.
Suhu diatas 87 F (30.6 C) seringkali termasuk terlalu tinggi untuk sebagian besar reptil dan tingkat kematian tinggi. Suhu dibawah 75 F (23.9) juga dianggap terlalu dingin.
Kunci utama dalam proses inkubasi adalah menjaga kelembaban (humidity) dan suhu. Untuk kelembaban yang kita butuhkan adalah air. Yang kalian butuhkan adalah sebagai berikut:
1. Aquarium 10 gallon (37.9 Liter) atau media lainnya yang bisa menampung air. Aquarium lebih baik karena transparan.
2. Critter cage. Ini adalah aquarium plastik yang sering dijual di toko ikan hias. Aquarium ini memiliki tutup plastik pada bagian atas. Anda juga bisa menggunakan alternatif lain untuk yang satu ini.
3. 2 thermometer aquarium dan 1 pengukur humidity.
4. 1 heater air yang dilengkapi dengan pengontrol temperatur.
5. Substrate pilihan Anda (pasir, peat moss, vermiculite, tanah tanaman, aspen bedding, dsb).

Langkah-langkah yang Anda lakukan:
1. Tuangkan air hangat kedalam aquarium hingga mencapai ketinggian 3 inci. Tempatkan heater ke dasar aquarium. Atur suhu heater ke suhu paling rendah. Tempatkan satu thermometer ke dalam air supaya Anda bisa mengetahui suhu air. Biarkan suhu air menjadi stabil setelah satu atau dua jam. Atur suhu heater sampai mencapai suhu stabil diantara 80-84 F (26.7 - 28.9 C)

2. Isi critter cage Anda dengan subtrate pilihan Anda hinggai mencapai sekitar setengah tinggi. Substratenya seharusnya basah atau lembab tetapi tidak terlalu basah. Bila menggunakan aspen atau peat moss, Anda bisa menempatkan bedding kedalam mangkok selama 15-20 menit supaya air bisa menyerap masuk. Kemudian Anda bisa mengeluarkannya dan meremasnya supaya kelebihan air bisa keluar sebelum memasukkannya kedalam critter cage.

3. Tempatkan thermometer satunya lagi setengah masuk kedalam substrate. Ini akan membantu Anda melihat suhu yang dirasakan oleh telur-telur ketika mereka berada diatas substrate. Kemudian bentuklah sebuah masukan di subtrate untuk menempatkan telur-telur supaya mereka tidak bergerak atau geser. Jangan menutup telurnya dengan subtrate atau apapun supaya Anda bisa melihat apakan telurnya membusuk atau tidak. Hal penting yang perlu Anda perhatikan adalah posisi telur. Telur yang diangkut dari dalam tanah seharusnya diberi tanda dengan pensil dibagian posisi atas. Kemudian pastikan telur tersebut selalu berada pada posisi yang sama selama di inkubator. Telur yang merasa terganggu karena diputarbalikkan akan menyebabkan matinya embryo.

4. Tempatkan pengukur humidity pada bagian atas aquarium.

5. Ketika Anda sudah memperoleh suhu yang stabil yang diinginkan pada aquarium, tempatkan critter cage kedalamnnya. Apabila mengapung, gunakan batu untuk menenggelamkannya.

6. Gunakan penutup berjaring untuk menutupi bagian atas aquarium. Untuk menghindari keluarnya kelembaban, tutuplah jaring-jaring tersebut dengan busa filter.

7. Sangat penting sekali bagi Anda untuk membaca suhu pada kedua thermometer satu atau dua kali sehari dan atur suhu heater supaya suhu tetap berada pada jangkauan yang diinginkan. Anda juga harus memastikan substratenya tetap basah. Apabila mengering, Anda harus membasahinya lagi dan usahakan tidak mengangkat atau menganggu telur-telurnya.

8. Keluarkan semua telur rusak secepat mungkin. Telur-telur yang peot sedikit adalah normal untuk telur-telur yang baru dikeluarkan yang belum melebar. Tetapi peot juga bisa memberikan indikasi bahwa kelembaban pada inkubator Anda terlalu rendah. Sedikit jamur pada telur-telur bisa dianggap normal dan tidak selalu merusak. Telur yang sudah benar-benar rusak akan peot sekali, berwarna hitam, mengecil, dan berbau busuk.

9. Catatlah semua informasi mengenai inkubasi telur-telur Anda setiap hari seperti suhu, kondisi telur, pengaturan yang dilakukan, dsb. Informasi ini akan membantu Anda di masa yang akan datang.

Musim kawin kura-kura...?

Perkawinan: Musim kawin spesies ini berhubungan dengan musim monsoon yang di India Utara yang mulai dari akhir Juni sampai September. Tidak seperti kura-kura lainnya, Star Tortoise jantan jarang atau tidak pernah berkelahi dengan jantan lainnya, mereka tidak memperlihatakn butting, gigit, raming behaviour kepada betina. Perkawinan cukup sunyi dibanding kura-kura lain, meskipun yang jantan benar-benar bersuara grunting saat ini. Dalam 60-90 hari setelah kawin, betina biasanya siap bertelur bagian kelompok/clutches pertama .

Pengeraman Telur
Seperti kura-kura betina lainnya, Star tortoise yang siap bertelur menjadi restless dan agresif terhadap companionnya. Star tortoise sangat memilih-milih pada waktu mencari tempat yang sesuai untuk bertelur - tidak terlalu lembab atau tidak terlalu kering, tanah harus bisa digali dan harus memperlihatkan karakteristik menandakan tidak menampung air, terlalu panas atau terlalu kering di iklim India. Setelah dia menemukan tempat yang cocok, dia akan menggali sarang berbentuk flask dengan kedalaman kurang lebih 15 cm dengan kaki belakangnya. Jika tanahnya terlalu keras dan kering dia akan membasahi daerahnya dengan mengosongkan kandung kemihnya. Lalu ia akan meneruskan berterlur 1-6 telur di sarang yang digali, lalu mengubur dengan kaki belakangnya dan meratakan dengan plastornnya. Anda beberapa laporan, betina bersarang di leave mounds dalam captivity, tetapi bisa kemungkinan prilaku ini hanya terpaksa karena tidak ada tempat untuk sarang yang sesuai.

Penetasan
Ukuran telur Star Tortoise kurang lebih 35x45 mm, kulit keras dan berat 25-45 gram. Kulit telur nya berbeda dengan telur Testudo, yang mana lebih tipis dan mudah pecah. Jika dilihat dalam pembesaran, struktur telur ditandai porus. Pada waktu telur baru pertama keluar bening tetapi setelah 2-3 minggu pertama mereka akan memutih, dan mulai berwarna kapur waistband. Waktu inkubasi sangat bervariasi. Waktu tercepat yang dilaporkan dari oviposisi sampai penetasan hanya membutuhkan waktu 47 hari dan yang terlama adalah 223 hari. Kebanyakan telur dalam captivity menetas pada jangka waktu 90-120 hari saat diinkubasi antara 29-31 derajat celcius. Anakan kura-kura yang baru menetas berukuran 35-45mm SCL dan corak bintang tidak sama seperti yang dewasa . Kadang-kadang benar-benar kuning atau hitam dengan corak kupu-kupu kuning pada setiap scute. Pembedaan jenis kelamin pada G. elegans kelihatannya tergantung pada suhu inkubasi. Perbatasan suhu adalah 30.5 derajat Celcius. Inkubasi suhu dibawah ini (28-30 derajat Celcius) akan menghasilkan banyak jantan, sementara suhu yang lebih tinggi (31-33 C) akan menghasilkan banyak betina.

Anakan biasanya tumbuh secara cepat pada bulan bulan pertama setelah itu turun menjadi pertumbuhan lambat. Dewasa di alam dapat di attain pada 6-8 tahun pada jantan dan 8-12 tahun pada betina.Dalam captivity, dewasa dapat direach lebih awal tetapi the cost pertumbuhan tidak natural/alami, dan antara pertumbuhan hewan yang cepat m
dan masalah reproduktif pada betina. Saya yakin ada kompromi emas, dimana pertumbuhan cukup cepat dan tidak ada resiko kesehatan yang terlibat, tetapi sukar dimengerti kenapa pertumbuhan yang cepat menjadi cukup penting untuk menentukan eksperimen pada kura-kura ini - Lebih baik eksperimen ditujukan ke replikasi pattern pertumbuhan alami.

Telur dan bayi Kura-kura langka Belawa

Jumlah kura-kura di obyek wisata Cikuya, Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, terus berkurang dari tahun ke tahun. Padahal, kura-kura Belawa (Tryonix cartilegineus) merupakan satwa langka yang dilindungi sekaligus daya tarik utama di tempat ini. Yayat, pengurus obyek wisata Cikuya mengungkapkan, jumlah kura-kura yang tinggal di kolam Cikuya hanya tujuh ekor. Jumlah ini sangat jauh dibandingkan dengan tahun 1980-an. Menurut Yayat, jumlah kura- kura mulai terasa berkurang drastis sejak tahun 1990-an, tetapi ia tidak menyebut penyebab pastinya. Ia menduga kondisi air yang tidak sebagus dulu menjadi salah satu faktor pemicu tidak berkembangnya kura-kura Belawa.

Penambangan Emas Ancam Populasi Penyu di Banyuwangi

Banyuwangi - Populasi penyu di pantai Sukamade, Banyuwangi, Jawa Timur, kelestariannya terancam oleh penambangan emas di gunung Tumpang Pitu yang dilakukan PT Indo Multi Niaga (PT IMN). Serta populasi penyu terancam berkurang karena telur penyu banyak dicuri dan daging penyu diburu oleh warga.
Kepala Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Hery Subagiadi, Jumat (30/1), kepada Antara, mengatakan, penambangan emas dan mineral di gunung Tumpang Pitu menjadi ancaman kelestarian populasi penyu di pantai Sukamade. Hery berharap pemberian ijin eksploitasi tambang emas perlu ditinjau kembali demi kelestarian populasi penyu di Indonesia.
Data penyu yang naik di pantai Sukamade menyebutkan, pada tahun 2006 sebanyak 1007 ekor. Jumlah penyu yang naik pada tahun 2007 adalah 851 ekor. Sejumlah 1686 ekor penyu pada tahun 2008 naik ke pantai Sukamade. Hery menambahkan, sebagian besar penyu yang naik ke pantai Sukamade jenis penyu hijau dan penyu slengkrah.
Sementara itu humas PT IMN, M. Rusli, mengatakan, aktivitas yang dilakukan PT IMN saat ini eksplorasi. “Hingga saat ini tidak ada pembuangan limbah baik di buang ke darat maupun ke laut,” katanya menegaskan.
Kordinator Aliansi Mahasiswa Masyarakat Peduli Lingkungan (AMMPEL) mengatakan, tambang emas di gunung Tumpang Pitu selain mengancam populasi penyu, juga mengancam kehidupan petani dan nelayan. Pasalnya, kawasan gunung Tumpang Pitu termasuk kawasan resapan air.
Tambang emas membutuhkan pasokan air melimpah dan pohon banyak yang ditebang untuk penambangan emas. Padahal banyak warga di sekitar tambang menjadi petani yang berharap sawahnya tidak kekurangan air. Limbah “tailing” berpotensi merusak ekosistem di laut. Nelayan di pantai Muncar, Grajagan, dan Pancer terancam ikan yang ditangkap berkurang.(Ant.)

Populasi Penyu Di Indonesia Menurun 30 Persen

Jember ( Berita ) : Populasi penyu di Indonesia menurun 20 hingga 30 persen setiap tahunnya, kata peneliti penyu, Prof. IB Windia Adnyana dari Universitas Udayana (Unud) Bali.
Ia mengemukakan itu, di sela acara “workshop” “Konservasi dan Pengelolaan Penyu” yang digelar Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Alam (PHKA) Departemen Kehutanan RI di Jember, Jatim, Jumat [23/01].
Menurut dia, tahun 1980-1990 tercatat jumlah penurunan populasi penyu mencapai 80 persen, sedangkan tahun 1990-2008 tercatat penurunan populasi sebanyak 20-30 persen saja “Saat ini, jumlah populasi penyu hijau (Chelonia Mydas) mencapai 35 ribu ekor di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah penyu sisik (Eretmochelys imbricata) separuh dari jumlah populasi penyu hijau,” kata Windia mwengungkapkan.
Ia menjelaskan, potensi ancaman kelestarian penyu disebabkan beberapa faktor, antara lain pencurian telur penyu, perburuan penyu dan pengambilan sumber daya alam laut yang menjadi makanan penyu. “Ancaman penurunan populasi penyu di Indonesia juga disebabkan faktor alam dan predator, namun faktor tersebut kecil dibandingkan faktor yang perilaku manusia yang merusak ekosistem penyu,” katanya menerangkan.
Ia menuturkan, beberapa program penyelamatan penyu sudah dilakukan oleh beberapa lembaga konservasi, di antaranya dengan menjaga ekosistem pantai tempat pendaratan penyu dan menekan angka pencurian penyu.
Sementara itu, Direktur Konservasi dan Taman Nasional Laut DKP, Agus Dermawan, mengemukakan, survei yang dilakukan pada tahun 1984, tercatat tempat pendaratan penyu untuk bertelur (nesting site) di seluruh Indonesia sebanyak 143 lokasi. “Tahun ini masih belum ada survei, apakah 143 lokasi ‘nesting sitenya’ masih tetap atau jumlahnya justru berkurang,” katanya menerangkan.
Menurut dia, semua pihak, baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat sekitar pantai juga berperan aktif untuk menjaga ekosistem laut, sehingga populasi penyu tidak punah.
“Pemberdayaan masyarakat pesisir pantai juga diperlukan, agar tidak lagi mengambil telur penyu, sehingga populasi penyu semakin bertambah,” katanya menambahkan.
Data di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), jumlah penyu yang naik ke daratan pantai Sukamade, Kabupaten Banyuwangi, tercatat tahun 2007 sebanyak 1.007 ekor penyu dan tahun 2008 sebanyak 1.686 ekor. ( ant )

Selasa, 03 November 2009

Selamatkan Populasi Penyu Sumatera Barat !

Setelah bulan lalu ramai diberitakan tentang kondisi penyu di Kalbar yang teracam, di Sumatra Barat (Sumbar) populasi penyu juga makin terancam. Aktivitas perdagangan telur penyu di Kota Padang dalam beberapa waktu terakhir semakin marak.
“Dari data kami beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kenaikan perdagangan telur penyu dari 28 butir per hari pada 2004, menjadi 77 butir per hari,” kata Ketua Pusat Data dan Informasi Penyu Sumbar, Harfiandri Damanhuri, di Padang, Selasa (8/9).
Kegiatan sosialisasi dan kampanye perlu diadakan oleh pihak terkait, baik Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Provinsi Sumbar, maupun dinas terkait lainnya, kepada para pedagang telur penyu, terutama yang berada di kawasan pantai Padang.
Sumbar merupakan satu dari 15 provinsi di Indonesia yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi penyu. Penyu termasuk salah satu hewan terancam punah, yang dilindungi dari perdagangan sesuai Konvensi Perdagangan Internasional Satwa dan Flora Liar (CITES).
Konvensi itu telah diratifikasi Indonesia pada 1978 dan memasukkan penyu dalam Apendix I, yaitu kategori harus dilindungi dan tidak bisa diperdagangkan. Menurut Harfiandri, harus ada upaya untuk memutus mata rantai perdagangan telur penyu di Sumbar.
Ini, dapat dilakukan dengan membuat peraturan yang melarang penjualan telur penyu, membatasi jumlah telur yang diperdagangkan, dan mencarikan alternatif usaha masyarakat, yang selama ini bergerak di bidang perdagangan telur penyu. “Tindakan ini harus dilakukan DKP,” kata Harfiandri.
Di Sumbar terdapat sebanyak 31 pulau kecil sebagai tempat pendaratan penyu. Pulau-pulau itu di antaranya, Kerabak Gadang, dan Pulau Gosong di Pesisir Selatan, Pulau Pieh di Pariaman, dan Pulau telur di Pasaman.
Sementara Pemprov Sumbar melalui DKP telah menetapkan dua pulau kecil sebagai konservasi penyu yakni Pulau Garabak Ketek dan Pulau Penyu di Pesisir Selatan.
Di pulau-pulau itu, penangkaran penyu dilakukan. Hanya saja, aktivitas perdagangan juga terus meningkat. “Kalau terus dibiarkan, populasi penyu di Sumbar bisa punah,” katanya.
Di Sumbar terdapat tiga jenis penyu, yakni penyu hijau (Chelonia mydas), belimbing, dan sisik.
Sumber : Kompas, September 2009

Kura-kura : Siapa Jantan, mana Betina

Tubuh Kura-kura dilindungi oleh sejenis pelat tulang yang membentuk cangkang serupa Batok yang menempel di ‘Punggung’nya (bony shell), ada dua pelindung bagi tubuh kura-kura. dibagian atas, berupa Karapas dan bagian bawah tubuhnya di sebut Plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung.

Kura-kura bukan hanya pembiak yang antusias, tetapi juga memiliki karakteristik seksual eksternal yang sering menyulitkan mahluk lain selain kura-kura untuk menentukan yang mana jantan dan yang mana betina.

Pada Beberapa Spesies, jantan dan betina dapat dibedakan dari ukuran ekor, biasanya ekor pada kura-kura jantan lebih panjang, tapi Ukuran Betina lebih besar bila dibandingkan dengan jantannya. Kura-kura Jantan dapat dikenali juga dengan adanya lekukan pada plastronnya atau cangkang bagian bawah. lekukan ini akan pas dengan bagian belakang kura-kura betina, kura-kura betina memiliki plastron yang datar atau cembung. Untuk membuahi telur betina, kura-kura jantang menyembunyikan organ seksualnya di dalam kloaka atau saluran pembuangan. Saat membuahi betina posisi jantan itu sendiri berada diatas betina dan sering kali mencengkram cangkang atas atau karapas betina dengan dengan cakarnya, kemudian mengaitkan ekornya hingga lubang kloaka jantan bertemu dengan kloaka betina. Seringkali lusinan telur berkembang secara internal dan biasanya diletakkan dan dikubur dalam tanah berpasir.

Fertilisasi terkadang didahului oleh ritual percumbuan yang rumit, dimulai dengan demonstrasi tarian selama berjam-jam lalu diikuti kopulasi yang hanya berlangsung beberapa menit. Kura-kura betina dapat menyimpan sperma jantan untuk membuahi telurnya, kadang-kadang telur dibuahi setelah bertahun-tahun kemudian.

Keanekaragaman Jenis dan Penyebaran Trionychidae, labi-labi

Trionychidae, labi-labi
Menyebar luas di Amerika utara, (Eropa ?), Afrika dan Asia, ini adalah suku labi-labi yang paling banyak jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal berupa fosil. Beberapa contohnya dari Indonesia adalah:
• Bulus (Amyda cartilaginea)
• Manlai alias labi-labi bintang (Chitra chitra)
• Labi-labi hutan (Dogania subplana)
• Labi-labi irian (Pelochelys bibroni)
• Antipa, labi-labi raksasa (Pelochelys cantori)
Emydidae
Ini adalah suku kura-kura akuatik dan semi akuatik yang hidup di air tawar di Eropa, Asia dan terutama di Amerika. Emydidae merupakan salah satu suku kura-kura terbesar dari segi jumlah anggotanya. Tidak ada spesiesnya di Indonesia kecuali dalam bentuk hewan introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu contohnya yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kura-kura telinga merah (Trachemys scripta).
Geoemydidae
Merupakan suku kura-kura yang terbanyak anggotanya, Geoemydidae (dahulu disebut Bataguridae) terutama menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, anggota suku ini juga ditemukan di Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura air tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun sering pula ditemui di daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11 jenisnya. Di antaranya:
• Biuku (Batagur baska)
• Beluku atau tuntong (Callagur borneoensis)
• Kuya batok (Cuora amboinensis)
Testudinidae, kura-kura darat sejati
Adalah suku kura-kura darat dengan banyak anggota yang tersebar luas di seluruh dunia. Kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat berumur panjang dari Kep. Seychelles di atas termasuk ke dalam suku ini. Dua anggotanya terdapat di Indonesia:
• Baning sulawesi (Indotestudo forsteni)
• Baning coklat (Manouria emys)
Anak bangsa Paracryptodira
Telah punah.

Keanekaragaman Jenis dan Penyebaran

Anak bangsa Cryptodira
Cheloniidae, penyu
Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna untuk kehidupan laut.
Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota suku ini, enam di antaranya ditemukan di Indonesia. Beberapa contohnya adalah:
• Penyu hijau (Chelonia mydas)
• Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
Dermochelyidae, penyu belimbing
Suku penyu ini hanya memiliki satu anggota saja, yakni penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin, penyu ini merupakan kura-kura terbesar yang masih hidup. Panjang tubuhnya (panjang karapas) dapat mencapai 3 m, meski umumnya hanya sekitar 1.5 m atau kurang, dan beratnya mendekati 1 ton.
Chelydridae
Suku ini terdiri dari kura-kura air tawar berekor panjang dan berkepala besar, yang menyebar di Amerika. Dengan perkecualian satu marga anggotanya (Platysternon) yang menyebar di Tiongkok dan Indochina. Beberapa ahli memasukkan Platysternon ke dalam suku tersendiri, Platysternidae. Tidak ada di Indonesia.
Kinosternidae
Yakni suku kura-kura air tawar kecil dari Amerika bagian tengah. Hewan yang mampu mengeluarkan bau tak enak ini tidak terdapat di Indonesia.
Dermatemyidae
Juga menyebar terbatas di Amerika Tengah. Dermatemys berukuran relatif besar dan hidup di sungai-sungai.
Carettochelyidae, labi-labi moncong babi
Suku ini hanya memiliki satu anggota yang hidup, yakni labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta). Lainnya telah punah dan hanya ditemukan dalam bentuk fosil. Labi-labi ini menyebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara.

Keanekaragaman Jenis dan Penyebaran

Seluruhnya, diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies kura-kura dari 12-14 suku (familia) yang masih hidup di pelbagai bagian dunia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu.
Suku-suku tersebut dan beberapa contohnya:
Anak bangsa Pleurodira
Chelidae, kura-kura leher ular
Suku ini dinamai demikian karena kebanyakan anggotanya memiliki leher yang panjang. Karena tak dapat ditarik masuk, kepala kura-kura ini hanya dilipat menyamping di sisi tubuhnya di bawah lindungan pinggiran tempurung badannya.
Suku kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua dan Australia serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di Amerika Selatan. Di luar tempat-tempat tersebut ditemukan pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat kura-kura ini adalah perairan tawar. Beberapa jenisnya yang ada di Indonesia, di antaranya:
• Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
• Kura-kura papua (Chelodina novaeguineae)
• Kura-kura perut putih (Elseya branderhosti)
Pelomedusidae
Seperti kerabat terdekatnya, Chelidae, anggota suku ini merupakan kura-kura air tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar dan tidak didapati di Indonesia.

Kura-kura dan Manusia

Kura-kura secara tradisional merupakan hewan yang akrab dengan manusia. Mitologi Hindu menyebutkan bahwa bumi ini disangga oleh empat ekor kura-kura. Demikian pula, kisah kuno Adiparwa menceritakan bahwa kura-kura raksasa berperan penting menyangga gunung, yang diputar dan digunakan untuk mengaduk lautan, dalam mencari tirta amerta –air kehidupan.
Labi-labi juga menjadi hewan yang disucikan, sehingga kerap dipelihara di kolam-kolam kuil Hindu atau tempat suci lainnya. Karena itu, lukisan kura-kura terkadang muncul pada relief candi atau makam.
Pada sisi yang lain, daging kura-kura dan penyu telah sejak lama dikenal sebagai makanan yang lezat. Beribu-ribu ekor labi-labi, kura-kura dan penyu, terutama penyu hijau, berakhir hidupnya setiap tahun di dapur restoran. Demikian pula nasib telur-telurnya, banyak yang akhirnya menjadi santapan manusia.
Sejenis penyu, yakni penyu sisik (Eretmochelys imbricata), diburu orang untuk diambil sisiknya yang indah sebagai bahan perhiasan. Bersama penyu sisik, beberapa jenis penyu yang lain juga kerap dibunuh dan dikeringkan (diopset) untuk dijadikan hiasan dinding.
Di samping itu banyak jenis kura-kura yang ditangkapi untuk diperdagangkan sebagai hewan timangan (pet). Baik karena keindahan warnanya, keunikannya, atau –ironisnya- kelangkaannya. Beberapa jenisnya dapat mencapai harga yang sangat mahal.
Tekanan yang tinggi dan terus-menerus ini, telah menurunkan banyak populasi kura-kura ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Apalagi kebanyakan habitat alaminya di sungai-sungai, rawa dan hutan juga telah turut rusak akibat aktivitas manusia. Pada pihak lain, perkembangan populasi kura-kura amat lambat dan kebanyakan malah belum diketahui sifat-sifat dan kebiasaannya. Oleh sebab itu tindakan konservasi bagi hewan ini amat diperlukan.
Dari semua bangsa kura-kura, hanya penyu yang telah dilindungi dengan cukup baik di Indonesia. Hampir semua jenisnya telah dilindungi oleh undang-undang. Banyak pantai peneluran penyu yang telah dimasukkan ke dalam kawasan yang dilindungi, seperti misalnya Pantai Sukamade di Jawa Timur dan Pantai Jamursba-Medi di Papua. Meski demikian, penangkapan penyu dan pengambilan telurnya masih juga berlangsung secara ilegal dan sulit dihentikan.

Kebiasaan Hidup kura-kura

Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air tawar maupun di lautan. Kura-kura ada yang bersifat pemakan tumbuhan (herbivora), pemakan daging (karnivora) atau campuran (omnivora).
Kura-kura tidak memiliki gigi. Akan tetapi perkerasan tulang di moncong kura-kura sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya.
Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar. Biasanya ditunjukkan dengan panjang karapasnya (CL, carapace length). Kura-kura terbesar adalah penyu belimbing, yang karapasnya dapat mencapai panjang 300 cm. Labi-labi terbesar adalah labi-labi irian, dengan panjang karapas sekitar 51 inci. Sementara kura-kura raksasa dari Kep. Galapagos dan Kep. Seychelles panjangnya dapat melebihi 50 inci. Sedangkan yang terkecil adalah kura-kura mini dari Afrika Selatan, yang panjang karapasnya tidak melebihi 8 cm.
Kura-kura berbiak dengan bertelur (ovipar). Sejumlah beberapa butir (pada kura-kura darat) hingga lebih dari seratus butir telur (pada beberapa jenis penyu) diletakkan setiap kali bertelur, biasanya pada lubang pasir di tepi sungai atau laut, untuk kemudian ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bantuan panas matahari. Telur penyu menetas kurang lebih setelah dua bulan (50-70 hari) tersimpan di pasir.
Jenis kelamin anak kura-kura yang bakal lahir salah satunya ditentukan oleh suhu pasir tempat telur-telur itu tersimpan. Pada kebanyakan jenis kura-kura, suhu di atas rata-rata kebiasaan akan menghasilkan hewan betina. Dan sebaliknya, suhu di bawah rata-rata cenderung menghasilkan banyak hewan jantan.
Kura-kura termasuk salah satu jenis hewan yang berumur panjang. Reptil ini dapat hidup puluhan tahun, bahkan seekor kura-kura darat dari Kep. Seychelles tercatat hidup selama 152 tahun (1766 – 1918).

Kura-kura dan penyu

Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.

Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yalah penyu (bahasa Inggris: sea turtles), labi-labi atau bulus (freshwater turtles), dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris, dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).

Khasiat Sarang Walet

Untuk menentukan kualitas dari sarang burung walet, ada syarat – syarat tertentu yang harus dipenuhi, misalnya ketebalan sarang. Seperti yang kita ketahui, sarang burung itu dibuat dari air liur burung walet tersebut. Setiap hari, sepasang walet betina dan jantan bergantian membuat sehelai sarang dengan cara mengoleskan air liur mereka ke dinding gua, dinding tebing, ataupun atap rumah. Ingat..Satu satu hari hanya mengoleskan satu helai sarang aja. Jadi jangan heran, untuk membuat sarang saja dibutuhkan waktu sekitar 33-41 hari. Malah, pada saat musim kemarau, pembuatan sarang bisa lebih lama, sekitar 80 hari.

Kualitas itulah yang menetukan harga atau nilai dari sarang burung walet tersebut. Sarang burung dengan kualitas sempurna yaitu memiliki bentuk seperti mangkuk, dindingnya tebal, kuat dengan tinggi kira – kira 5 cm, serta bersih tidak tercemar kotoran, bisa dijual dengan harga yang cukup tinggi. Sebaliknya, sarang burung yang kualitasnya rendah, yaitu yang serat – seratnya tidak utuh, kotor, serta bentuknya cacat, hanya bisa dijual dengan harga murah.

Terdapat dua jenis sarang burung bila dilihat dari warnanya. Ada sarang burung putih yang seluruhnya terbuat dari air liur burung walet, dan sarang burung hitam, yang terbuat dari campuran air liur dan bulu – bulu burung. Sarang burung walet yang berwarna putih lebih mahal harganya. Sarang burung yang putih bersih, harganya bisa mencapai 14 juta rupiah/kg, sedang yang hitam paling hanya sekitar 1 atau 2 juta/kg. Ada juga, sarang burung yang memiliki serat – serat merah di sarangnya seperti darah. Itu harganya jauh lebih mahal lagi, yaitu sekitar 17 juta/kg.

Sarang Burung Wallet Luar Biasa !

Siapa sih yang belum pernah mendengar sarang burung walet? Seperti yang sudah kita ketahui, sarang burung walet yang asli harganya mahal banget. Dan yang sampe sekarang kita ketahui juga kalo harga sarang burung walet itu mahal karena (katanya sih..) burung walet itu suka membuat sarang di gunung – gunung yang tinggi (bahkan di puncak dan ujung tebing..wuih..). Dan untuk mengambil sarang burung walet harus menggunakan pendaki – pendaki yang sudah sangat berpengalaman.

Dan mungkin aja sarang burung walet ini merupakan sarang burung yang paling mahal di dunia (sejauh yang kita ketahui). Bayangin aja de..1 ons sarang burung walet yang kurang lebih terdiri dari 10 buah sarang dengan kualitas baik bisa dijual dengan harga 1,4 juta rupiah!! Dan katanya si..orang – orang rela membayar mahal sebab sarang burung walet ini dipercayai mempunyai khasiat mampu menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari kelas ringan sampai kelas berat.

Umumnya, sarang burung walet disajikan dalam bentuk sup. Dan dapat kita temukan di restoran – restoran Cina. Sebenarnya, pengkonsumsian sarang burung walet ini bukanlah hal yang baru. Malah, sudah sejak abad 14, sarang burung ini dimanfaatkan sebagai makanan. Di Cina, sup sarang burung walet (birdnest soup) merupakan makanan favorit para raja dan bangsawan. Dan menurut cerita yang masih beredar sampe sekarang (mitos kali..) kaisar Ming sangat menggemari sup yang satu ini. Mungkin karena cerita atau mitosnya itulah, maka sup sarang burung walet dijadikan simbol makanan yang mewah dan bergengsi dan sangat mahal harganya.

Tetapi, pengkonsumsian sarang burung walet di Indonesia bisa dikatakan tergolong rendah, hampir 90% sarang burung walet diekspor ke luar negri. Pengkonsumsian sarang burung walet inipun masih ada bedanya. Kalo di Singapore dan Malaysia, lebih menyukai sarang burung yang mengandung lumut (moss nest), yang biasanya diambil dari gua – gua karang di tepi pantai. Sehingga warnanya pun tidak sebersih sarang burung walet yang dibudidayakan di atap – atap rumah. Katanya si, rasanya lebih kenyal dan tidak cepat pecah saat dimasak. Sedangkan Cina dan Indonesia lebih menyukai sarang burung yang putih bersih.

Untuk menentukan kualitas dari sarang burung walet, ada syarat – syarat tertentu yang harus dipenuhi, misalnya ketebalan sarang. Seperti yang kita ketahui, sarang burung itu dibuat dari air liur burung walet tersebut. Setiap hari, sepasang walet betina dan jantan bergantian membuat sehelai sarang dengan cara mengoleskan air liur mereka ke dinding gua, dinding tebing, ataupun atap rumah. Ingat..Satu satu hari hanya mengoleskan satu helai sarang aja. Jadi jangan heran, untuk membuat sarang saja dibutuhkan waktu sekitar 33-41 hari. Malah, pada saat musim kemarau, pembuatan sarangbisa lebih lama, sekitar 80 hari.

Kualitas itulah yang menetukan harga atau nilai dari sarang burung walet tersebut. Sarang burung dengan kualitas sempurna yaitu memiliki bentuk seperti mangkuk, dindingnya tebal, kuat dengan tinggi kira – kira 5 cm, serta bersih tidak tercemar kotoran,bisa dijual dengan harga yang cukup tinggi. Sebaliknya, sarang burung yang kualitasnya rendah, yaitu yang serat – seratnya tidak utuh, kotor, serta bentuknya cacat, hanya bisa dijual dengan harga murah.

Terdapat dua jenis sarang burung bila dilihat dari warnanya. Ada sarang burung putih yang seluruhnya terbuat dari air liur burung walet, dan sarang burung hitam, yang terbuat dari campuran air liur dan bulu – bulu burung. Sarang burung walet yang berwarna putih lebih mahal harganya. Sarang burung yang putih bersih, harganya bisa mencapai 14 juta rupiah/kg, sedang yang hitam paling hanya sekitar 1 atau 2 juta/kg. Ada juga, sarang burung yang memiliki serat – serat merah di sarangnya seperti darah. Itu harganya jauh lebih mahal lagi, yaitu sekitar 17 juta/kg.

Khasiat Sarang Walet Mitos atau Fakta

ENTAH dari mana mulanya khasiat sarang burung walet (Collocalia fuciphaga) cukup terkenal di seantero dunia. Sarang burung anggota famili apodiae ini sejak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun lalu diyakini punya khasiat dalam memberikan kesegarandan bahkan untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Mitos baik untuk kesehatan muncul dari pengalaman pengguna yang semula disampaikan dari mulut ke mulut itu kemudian disebarluaskan pula oleh media massa. Itulah setidaknya yang dipercaya masyarakat Indonesia dalam sebuah laporan penelitian Riset Unggulan Nasional Terpadu.

Ada 3 kelompok responden yang diteliti, masyarakat, awam, pengusaha dan ilmuwan, mengatakan bahwa sarang walet punya banyak keampuhan. Antara lain menjaga kesegaran tubuh, meningkatkan vitalitas, obat awet muda, memelihara kecantikan dan menghambat kanker.

Menurut dr Cheng Ce yang ditemui di Cianjur, liur dari kelenjar glandula sub lingualis itu dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Namun, bukan berarti mengobati penyakit.

Sarang walet itu berfungsi sebagai food supplement ibarat multivitamin di toko - toko. Asupan sarang walet akan menstimulus kinerja organ-organ tubuh lebih baik. Kekebalan tubuh meningkat dan penyakit menyingkir� tutur spesialis kanker dari Sekolah Kedokteran Tradisional di Propinsi Henan, Cina. Jadi selain itu juga sarang burung walet mengandung protein yang berbentuk glikoprotein yang merupakan komponen terbesar selain karbohidrat, lemak, dan air. Jumlahnya mencapai 50 persen. Di tubuh, protein berperan sebagai zat pembangunan. Ia membentuk sel - sel dan jaringan baru serta berperan aktif selama metabolisme protein asal hewan diakui lebih gizi lantaran punya ikatan senyawa lebih kompleks dari pada protein nabati.

Bahkan salah satu senyawa turunannya azitothymidine telah diteliti bisa melawan AIDS. Istimewanya lagi, sarang walet sumber asam amino yang lengkap. Tercatat sekitar 17 asam amino esensial, semi esensial dan non-esensial yang dimiliki. Salah satunya kini dikembangkan oleh peneliti-peneliti di barat sebagai pelawan stroke dan kanker. Mineral-mineral sarang walet tak kalah manjurnya untuk mendukung aktivitas tubuh.

Ada 6 mineral yang sudah diketahui seperti kalsium, besi, phospor, kalium dan natrium.
Di dalam tubuh, kalsium berperan untuk pembentukan tulang. Sayangnya, mineral dan senyawa penting sarang walet mudah leyap. Oleh karena itu, Dr. Kong Yun Cheung dari Universitas Hongkong, menyarankan sarang walet tidak perlu di cuci, sebab glikoprotein akan terbuang, toh sup sarang walet tetap menunjukkan manfaat sugesti penyantaplah yang diduga jadi obatnya.